Nikmat ALLAH mana kah yang kita dustakan


Minggu lepas menerima gambar ini .

Lokasi : Souq Wakif, Doha

Sumber : My sister Liza

 Sebelum meneruskan saya mohon maaf jika ada kata-kata yang mungkin menguris. Tapi jika kita terima dengan hati yang terbuka sebenarnya ia boleh membuka minda anak-anak muda sekarang ini untuk terus berusaha.Sentiasa bersyukur ( do not take things for granted) .  Jangan terlalu manja dan hidup di dunia cuma ada Nikmat dan dugaan umpama dua permukaan syiling yang di lambungkan. Kita tidak tahu mana kah dulu yang akan ALLAH berikan kepada kita.




Info :
Warga emas ini mengambil upah memberikan servis dengan mengangkat barang-barang pembeli di area Souq Wakif dengan mengunakan “Wheel barrow” sehingga ke parking lot atau rumah . Nampak tak pakaian mereka ? Seperti pakaian seragam bermaksud mereka bekerja dengan sebuah syarikat.  Mereka duduk di kaki-kaki lima menunggu servis mereka di perlukan.

menunggu pelanggan yang bershopping untuk di angkat barang-barang mereka

wheel barrow yang di gunakan untuk mengangkat barang-barang pengunjung souq

menunggu di kaki-kaki lima kedai bila servis mereka di perlukan

Apa hati kita katakan melihat  gambar ini?

Kesihan. Sudah tua tapi masih bekerja. Saya juga merasakan yang sama. Tetapi dalam rasa kasihan saya cukup memandang tinggi kepada mereka. Di bandingkan segelintir ( tak semua tapi ramai), yang mengaku susah dan tidak makan tidak minum dan memohon bantuan secara berleluasa. Bukan menghina kerana saya juga mempunyai projek membantu insan-insan yang dalam kesusahan. Apa yang saya ingin sentuh adalah ada segelintir yang berbadan sehat, usia yang masih muda tetapi lebih memilih meminta sedekah daripada berusaha lebih dengan kudrat yang telah ALLAH berikan.

Saya cukup bersyukur di Negara kita Kerajaan kita sering membantu. Banyak benda yang kerajaan telah berikan.  Dari pendidikan percuma hinggalah ke Pencen tua. Nikmat mana kah yang rakyat ini ingin nafikan?

 
Kenapa masih tidak mencukupi? 
Kita seharusnya bertanya kembali berkah kah rezeki ku ini sehingga aku terus rasa susah walau berusaha ( sebenarnya cukupkan usaha anda kalau hanya tahu komplen di media social.. tidak semua if this is not you tak perlu terasa) .  Susah itu dugaan ALLAH. Sepertinya Pelangi yang indah selepas hujan. Setiap usaha mencari rezeki demi anak dan isteri ( amanah ALLAH) itu ALLAH berikan ganjaran pahala.  Lumrah manusia termasuk saya seringkali merasakan usaha itu perlu nampak ganjarannya. Andai kita nampak pahala itu dapa membantu kita di dunia yang kekal (akhirat) pasti kita berebut-rebut untuk memohon ALLAh berikan saja kesusahan itu kepada kita.  Ketahui lah nikmat ALLAH kepada hambanya berbeza-beza. Mungkin nanti anak-anak kamu akan menjadi orang yang terpelajar dan berpangkat ( itu pun jika kamu tidak mengabaikan persekolahannya. Ingat!  Kerajaan kita bagi FREE EDUCATION so hargailah ia) .

 

kebelakangan ini, di media sosial sana sini mendengar rungutan bantuan tidak mencukupi dan bermacam lagi. Jangan katakan dulu juga ada saja yang bersunggut cuma tidak ada media sosial seperti sekarang. Betul ke zaman dulu ada yang bersunggut macam sekarang? (Kebanyakan pulak yang bersungut itu muda dan cukup sifat.Tak semua tapi ramai )

 

Maaf di zaman saya masih kecil di setiap keramaian atau acara kekeluargaan apa yang di dengar semua pujian ke atas kerajaan dan di selangi dengan perkongsian idea bagaimana untuk menambah income. Cari buluh di hutan, menjahit baju, membuat kuih, mengambil upah mencuci baju dan banyak lagi. Tidak pernah saya mendengar rungutan kerajaan kurang membantu. Semangat pakcik makcik termasuk my parents dulu amat sukar dapat lihat di zaman sekarang. (Sukar bukan bermaksud tidak ada)

 

Terfikir juga. Kurang berkah kah rezeki sekarang ini?

 

Terbaca akan cerita ini, berusaha untuk muhasabah diri. Tahukah kita akan satu cerita di zaman rasullulah akan seorang yang bernama Hakiim bin Hizaam.

 

Meminta kepada Raja/penguasa/ ketua itu boleh tetapi tidak boleh selalu? Hmmmm mari kita renungkan:

 

Seperti hadits Hakiim bin Hizaam Radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: Aku meminta kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lantas beliau memberiku. Kemudian aku minta lagi, dan Rasulullah memberiku. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَا حَكِيْمُ، إِنَّ هَذَا الْـمَـالَ خَضِرَةٌ حُلْوَةٌ ، فَمَنْ أَخَذَهُ بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ بُوْرِكَ لَهُ فِيْه ِ، وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيْهِ ، وَكَانَ كَالَّذِيْ يَأْكُلُ وَلَا يَشْبَعُ. الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى.

“Wahai Hakiim! Sesungguhnya harta itu indah dan manis. Barang siapa mengambilnya dengan berlapang hati, maka akan diberikan berkah padanya. Barang siapa mengambilnya dengan kerakusan (mengharap-harap harta), maka Allah tidak memberikan berkah kepadanya, dan perumpamaannya (orang yang meminta dengan mengharap-harap) bagaikan orang yang makan, tetapi ia tidak kenyang (karena tidak ada berkah padanya). Tangan yang di atas (yang memberi) lebih baik daripada tangan yang di bawah (yang meminta)”.

Kemudian Hakîm berkata: “Wahai Rasulullah! Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak menerima dan mengambil sesuatu pun sesudahmu hingga aku meninggal dunia”.

Ketika Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu menjadi khalifah, ia memanggil Hakîm Radhiyallahu ‘anhu untuk memberikan suatu bagian yang berhak ia terima. Namun, Hakîm tidak mau menerimanya, sebab ia telah berjanji kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika ‘Umar menjadi khalifah, ia memanggil Hakîm untuk memberikan sesuatu namun ia juga tidak mau menerimanya. Kemudian ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu ‘anhu berkata di hadapan para sahabat: “Wahai kaum Muslimin! Aku saksikan kepada kalian tentang Hakîm bin Hizâm, aku menawarkan kepadanya haknya yang telah Allah berikan kepadanya melalui harta rampasan ini (fa’i), namun ia tidak mau menerimanya. Dan Hakîm Radhiyallahu ‘anhu tidak mau menerima suatu apa pun dari seorang pun setelah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai ia meninggal dunia”.[4]

 

Hadits ini menunjukkan tentang bolehnya meminta kepada penguasa. Akan tetapi tidak boleh sering, seperti kejadian di atas, yaitu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menasihati Hakîm bin Hizâm. Hadits ini juga menerangkan tentang ta’affuf (memelihara diri dari meminta kepada manusia) itu lebih baik. Sebab, Hakîm bin Hizâm Radhiyallahu ‘anhu pada waktu itu tidak mau meminta dan tidak mau menerima.

 

Ta'affuf?

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam haditsnya menganjurkan kita untuk berusaha dan mencari nafkah apa saja bentuknya, selama itu halal dan baik, tiada syubhah maupun haram dan tidak dengan meminta-minta. Kita juga disunnahkan untuk ta’affuf (memelihara diri dari minta-minta),

sebagaimana yang Allah Ta’ala sebutkan dalam firman-Nya.

لِلْفُقَرَاءِ الَّذِينَ أُحْصِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا يَسْتَطِيعُونَ ضَرْبًا فِي الْأَرْضِ يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ تَعْرِفُهُمْ بِسِيمَاهُمْ لَا يَسْأَلُونَ النَّاسَ إِلْحَافًا ۗ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ

“(Apa yang kamu infakkan adalah) untuk orang-orang fakir yang terhalang (usahanya karena jihad) di jalan Allah sehingga dia tidak dapat berusaha di bumi; (orang lain) yang tidak tahu, menyangka bahwa mereka adalah orang-orang kaya karena mereka menjaga diri (dari minta-minta). Engkau (Muhammad) mengenal mereka dari ciri-cirinya, mereka tidak minta secara paksa kepada orang lain. Apa pun harta yang baik yang kamu infakkan, sungguh, Allah Maha Mengetahui” [al-Baqarah/2 ayat 273].

 

Jadi apa yang kita fikirkan mengenai gambar yang di kirim kakak saya itu setelah membaca kisahHakim di zaman Rasullulah?

Mungkin mereka inilah yang malu untuk terminta-minta bukan kerana malu kelihatan miskin tetapi malu kepada Allah seperti hadith dan firman yang telah di jelaskan di atas. Mungkin mereka tahu bahawa rezeki mereka penuh berkah kerana mereka tidak kufur nikmat bahawa kudrat mereka yang di pinjamkan Allah di gunakan dengan sebaiknya ( mencari rezeki halal dengan keringat dan kemudian memberikan makan pakai kepada anak dan isteri mereka sama seperti orang2 tua kita di zaman dulu)

 

Wallahu alam. Ini bukan rumusan.Bukan jua kecaman. Hanya sekadar untuk renungan bersama jangan sering mendustakan nikmat yang Allah sering berikan kepada kita.

 

FeedaHMD - yang elok itu datangnya dari Allah dan yang sebaliknya dari diri saya sendiri.

Comments

Popular posts from this blog

Kek Pisang tanpa soda bikarbonat dan baking powder

67 wakaf telaga Brunei-Kemboja 2017

Happy 50th Wedding Anniversary to mak dan bapa

Wakaf Telaga di Bumi Kemboja

Wakaf Telaga di Kemboja bersama ADCC dan kami adik beradik

Christmas in Brunei

KEHIDUPAN umpama duit syiling yang di lambungkan keudara :)

Ummi Payung Syafi dengan GAP

65 pasang baju raya anak At Taqwa 2017

Program Ibadah Qurban Kemboja 2016